Permainan Ligu

 LIGU

    Ligu merupakan salah satu permainan tradisional masyarakat Melayu yang sudah dikenal sejak masa lampau dan cukup populer di daerah Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu dan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir. Permainan ini dikenal juga dengan sebutan sengki.  

    Ligu biasanya dimainkan oleh anak laki-laki, dengan menggunakan bilah atau stik dari bambu yang diraut sepanjang 40 cm s.d. 45 cm dan buah ligu yang dibuat dari tempurung kelapa serta dibentuk seperti wajik dan hati dengan ukuran antara 6 x 8 cm dan 8 x 10 cm. Dimainkan secara beregu, satu regu terdiri dari dua sampai enam orang. 

    Permainan Ligu diawali dengan memilih kawan seregu, kemudian masing-masing ketua regu melakukan pengundian dengan cara melambungkan buah ligunya, Apabila buah ligu jatuh ke tanah dalam posisi terlungkup dinyatakan kalah dan buah ligu jatuh ke tanah dalam posisi telentang dinyatakan menang. Regu yang kalah dalam pengundian disebut dengan menahan sedangkan regu yang menang disebut penaik.

    Regu yang kalah akan menancapkan buah ligunya secara berbanjar dan sejajar pada garis yang telah ditentukan. Setelah itu regu pemenang berusaha memangkah dengan cara melentingkan/meluncurkan buah ligunya menggunakan bilah/stik bambu agar mengena buah ligu regu lawan yang telah ditancapkan tadi. Apabila buah ligu pemain regu pemenang dapat mengena buah ligu regu lawan akan mendapatkan poin (bintang), jika tidak mengena maka akan digantikan pemain selanjutnya, demikian seterusnya, pemenangya adalah yang banyak mendapatkan point. 

    Permainan Ligu selain sebagai sarana hiburan dalam mengisi waktu senggang, juga mengadung nilai-nilai pembelajaran antara lain: sosialisasi, kejujuran, kekompakan, kepemimpinan, tanggungjawab, sportifitas dan ketangkasan, Nilai positif lainya dari permainan Ligu  memungkinkan timbulnya inisiatif, kreativitas anak untuk menciptakan dan berinofasi untuk memproduksi sendiri. Serta yang tidak kalah pentingnya, bahwa permainan tradisional ini sangat demokrasi sehingga dapat dimainkan oleh siapa saja, tanpa mempersoalkan ras, agama, strata sosial dan budaya, sehingga permainan tradisional telah menanamkan “Unity in diversity” atau persatuan dalam keberagaman.


Komentar

Postingan Populer