MUSEUM PROVINSI MALUKU
1. KAIN BASTA (KOKA)
Basta
(koka) bersal dari India, panjangnya dapat mencapai 20 meter biasanya pembuatan
kain ini dilakukan oleh anak bangsawan kemudian pada abad ke-15 dibawa oleh
para pedagang bangsa Portugis ke Maluku dan dibarterkan dengan hasil bumi
terutama hasil laut juga cengkih dan pala atau dihadiahkan pada orang kaya atau
Raja-raja. Jenis kain ini sebagian besar beredar di daerah Maluku Barat Daya.
Kedatangan bangsa Portugis di Maluku bercita-cita menjajah orang Maluku dari
tahun 1512 sampai 1605 cukup berhasil. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
orang Maluku memeluk agama Khatolik khususnya di daerah Maluku Tenggara serta
marga-marga Portugis yang rela tidak dipakai oleh orang Maluku serta pengaruh
tari-tarian seperti tari cakelele, orlapei dan katreji, ucapan mancadu (kapak),
kameja (baju), konyadu (ipar) dan busana lain-lain yang berlaku sampai saat
ini. Di Maluku Tenggara Barat kain basta dijadikan sebagai mas kawin dan busana
tari-tarian adat. Pada sisi-sisi kain diberi warna merah polos dan tidak diberi
motif, sedangkan bagian tengah diberi motif melengkung yang berkait. Areal
perdagangan oleh para pedagang dari India adalah pulau Banda sebagai penghasil
cengkih dan pala pada abad 15-18.
No
Inventaris : 03.1254
Ukuran
: P.720 cm, L.85 cm
Koleksi
Museum Provinsi Maluku
2. BAKAN INELAK WERWERAK LERLAWA
Kain
ini ditenun dari bahan kapas yang telah dipintal. Warna dasar kain adalah hitam
dan diberi motif garis putih lebar pada bagian tengah sarung. Motif-motifnya
adalah bulan mulai muncul, kaki seribu (lipan), ikan, dan motif- motif garis
putus-putus. Dipakai sebagai pelengkap busana wanita yang dipergunakan
sehari-hari. Cara memakainya, yaitu dengan membalikan susunan pola ikat
bergaris-garis putih pada pagi dan senja hari. Pada pagi hari pola
bergaris-garis dibagian atas dan pada senja hari dibalik kebawah. Tujuan
pembalikan ini agar orang melihatnya mengira bahwa orang yang memakainya
memiliki 2 kain.
No
Inventaris : 03.585
Ukuran
: P.170 cm, L.70 cm
Koleksi Museum Provinsi Maluku
3. SANIKIR
Tenun
sanikir terbuat dari benang kapas yang telah dipintal, dengan warna dasar hitam
tengah kain dan kuning emas pada kedua sisi tengah sampai ke ujung dihiasi
dengan garis pembatas hitam garis-garis putih dan merah. Pada kedua ujung kain
dibuat berurai dan sisi kiri kanan kain dihiasi dengan warna merah dan kuning.
Pada tengah kain dibuatkan motif bunga kapas, meander, belah ketupat, bunga
karang laut sebagai makanan. Warna kuning emas melambangkan kehidupan, cahaya
mentari pagi, merah melambangkan keberanian, putih lambang awan serta hitam
melambangkan dunia orang mati. Cara memakainya dengan melilitkan menyilang di
atas bahu kiri pada badan sebagai pelengkap upacara adat, juga sebagai mahar.
Selain itu, dipakai sebagai pembungkus jenazah para kaum laki-laki.
No
Inventaris : 03.2172
Ukuran
: P.320cm, L.32 cm
Koleksi
Museum Provinsi Maluku
4. KAIN KANUNE
Kanune
adalah busana wanita dari pulau seram yang ditnun dari serat daun sagu Hutan
berbentuk kain sarung. Pembuatan kain tenun kanune merupakan seni kerajinan
tangan Masyarakat di pulau seram (Maluku) yang telah mengenal teknik menenun
sejak dahulu.
Proses
menenun dilakukan oleh kaum perempuan dengan menggunakan alat tenun yang
Dinamakan kanune yang berarti kain yang di hasilkan. Sebelum ditenun
serat-serat daun itu Diwarnai menggunakan beberapa jenis tumbuhan sesuai
kebutuhan.
No
Inventaris : 03.217
Ukuran
: P.71cm, L.49 cm
Koleksi Museum Provinsi Maluku
5. TAIS (CAWAT)
Salah
satu daerah penghasil kain tenun di Maluku yakni tanimbar tetatnya di Yamdena.
Yang menghasilkan kain tenun dari bahan kapas yang dalam bahasa local di sebut
Tais. Berdasarkan kebudayaan Tanimbar, Tais merupakan simbol pelindung dan
pemelihara dari Daun (ibu) terhadap Lolat (anak) baik laki-laki ataupun
permpuan dari hujan dan panas.
No
Inventaris : 03.2168
Ukuran
: P.308cm, L 26 cm
Koleksi Museum
Provinsi Maluku
Komentar
Posting Komentar