TEPAK SIRIH
TEPAK SIRIH
Tepak Sirih merupakan salah satu
kekayaan budaya materi (material culture)
yang menjadi ciri khas entitas budaya Melayu. Memiliki makna simbolik pembuka
kata yang bertujuan untuk memuliakan orang lain dan bersifat memberi. Tepak
sirih merupakan tempat/wadah yang dipakai untuk menyimpan dan menyajikan
bahan-bahan tradisi makan sirih yang disimpan dalam wadah yang berjumlah 5
(lima). Lima bahan utama tradisi makan sirih tersebut disimpan dalam lima wadah
yang sering disebut sebagai cembul. Tradisi
tersebut sering dikaitkan dengan bagaimana masyarakat Melayu diwajibkan untuk
mengamalkan Rukun Islam yang berjumlah lima, dalam kehidupan sehari-harinya.
Terkait dengan keberadaannya dengan jalur rempah di Nusantara, budaya makan
sirih tidak hanya terdapat di wilayah dengan etnis Melayu mayoritas, melainkan
sudah menjadi tradisi bangsa-bangsa penutur Bahasa Austronesia yang sejak masa
prasejarah telah bermigrasi ke wilayah Nusantara.
Kelima bahan utama makan sirih tersebut terdiri dari Sirih, Kapur, Pinang, Gambir, dan Tembakau. Sirih (Piper betle) merupakan sejenis tanaman merambat yang dimanfaatkan daunnya sebagai obat anti septic, yang dalam catatan bangsa asing telah dimanfaatkan sebagai herbal sejak 600 SM, serta banyak tumbuh di wilayah hutan hujan tropis yang terletak di sekitar garis Khatulistiwa, terutama di Nusantara. Kapur sirih merupakan zat kimia yang berasal dari batuan gamping dengan kandungan Ca (OH)2 (Hydrated Lime/kapur padam) yang memiliki khasiat dalam merawat gigi, menghilangkan bau badan, bahan meluruskan rambut, serta campuran bahan pangan. Buah Pinang (Areca Catechu) merupakan buah dari pohon pinang yang memiliki manfaat dalam menambah energy dan stamina serta meningkatkan daya konsentrasi. Gambir merupakan hasil olahan dari pohon gambir (Uncaria gambir) yang hanya tumbuh di kawasan hutan hujan tropis yang bermanfaat sebagai antidiare dan antiringen dalam dunia pengobatan. Tembakau (Nicotiana tabacum) dalam dunia pengobatan berfungsi sebagai obat kompres luka dan anti mikroba.
Bahan yang dipakai dalam tradisi sekapur sirih (yang merujuk pada padanan sirih lengkap dengan komponennya seperti kapur, gambir, pinang, dan tembakau), atau dikenal dengan istilah lain menginang sirih, merupakan komponen alami yang mengandung berbagai khasiat pengobatan herbal yang disematkan bersama tradisi lokal di Nusantara, khususnya etnis Melayu, dalam rangka menghormati tamu, serta merefleksikan religi yang dianut mayoritas etnis Melayu di Nusantara. Bahan-bahan tersebut, mayoritas berasal dari wilayah Nusantara yang beriklim tropis, dan sudah sejak lama menjadi komoditas yang dicari oleh bangsa luar, sebagai komoditas bahan obat-obatan. Masyarakat dari berbagai Bangsa dari belahan luar Nusantara, datang ke Nusantara untuk mencari bahan-bahan herbal tersebut untuk pengobatan. Selain juga emas. Bahan-bahan pokok dalam tradisi menginang sirih, merupakan salah satu diantara ribuan jenis rempah asli Nusantara yang pada masa lalu, memiliki nilai pasar tinggi di belahan bumi lain, yang berperan penting dalam sejarah era kejayaan Jalur Rempah Nusantara
Komentar
Posting Komentar